Cinta Putih
Oleh: Imas Mulyati
Pagi ini, kususuri taman-taman firdaus.
Seberkas sinar menembus hangatkan pagiku
bersama angin yang tak lagi hembuskan pilu.
Waktu t’lah lama kupeluk dalam damai.
Tak ada pagi atau senja,
hanya kekal yang tenang, setia dalam buai.
Di luar sana, dinastiku singgah dalam cahaya lumat.
Tak lahir dari rahim dunia,
namun dari cinta yang dulu kuwariskan.
Mereka mengelus pipiku tanpa menjamah.
Kupeluk rindunya, lalu kubisikkan,
"Kita tak pernah benar-benar berpisah."
Bunga-bunga di sini tak punya musim.
Tumbuh dari zikir dan syukur yang kuhimpun.
Mekarnya sewarna amal yang tak kuragu.
Tumbuhnya tak kenal layu, sebab kasih itu abadi.
Langit di sini tak biru, namun sebening kalbu.
Burungnya tak lagi ocehkan kicau,
namun lantunkan tutur,
"Salam sejahtera bagi jiwa yang tenang!"
Aku tersenyum, tak menunggu, tak bertanya.
Sebab aku adalah jawaban dari doa dan harap.
Bandung, 12 April 2025
___
Bionarasi:
Imas Mulyati. Kelahiran Garut, 25 Mei 1971 adalah seorang Pengawas SMA pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Latar belakang pendidikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung mengantarkannya pada hobi menulis. Karya tunggalnya adalah Untukmu Negeriku, Catatan Cinta Rakyat Jelata (kumpulan esai pendidikan); 2025; Gejolak Rasa, ISBN: 978-623-7837-75-6; 2024; Amorphophallus ISBN: 978-623-7837-81-7; 2024; dan Fenomena Bahasa Indonesia: Permasalahan, Pembelajaran, Penilaian, dan Pendeteksian Kecurangan dalam Ujian, ISBN: 978-602-60391-9-4; 2017. Tergabung dalam komunitas penulis: ASIAN WOMEN WRITERS ASSOCIATION (AWWA), Media Guru Indonesia, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB), Berita Disdik Jawa Barat, Jendela Puspita Indonesia, Asqa Imagination School (AIS #56), dan komunitas lainnya. Telah memperoleh 4 penghargaan kepenulisan: Parasamya Susastra Nugraha 2024, Parasamya Suratma Nugraha 2024, Parasamya Susastra Nugraha 2023, dan Parasamya Suratma Nugraha 2023. IG: @imasmulyati_25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar