Jeritan Sunyi
Oleh: Dian Agfanti
Bising itu sebenarnya
sunyi yang tak tahan diam
Kita menyebutnya keramaian
padahal itu hanya
gema dari ruang hampa
di dalam dada
Di keramaian, sunyi terasa lebih gaduh
Di kesepian, bising hati tak terbendung
Kita selalu salah mengartikan suara
yang lantang tak selalu nyata,
yang senyap justru menggigit.
Tapi tubuhku diam
menyimpan gema yang tersesat di ruas tulang
Aku menulis: "Langit menjerit pilu."
Padahal hanya mesin yang batuk.
"AAAAAAAA," teriakku
Tapi mulutku terkunci
Kubalas dengan puisi yang bisu.
Aku tanya, "Kau juga kesepian?"
Angin menjawab dengan daun yang jatuh,
"Semua terjemahan salah."
Kita mendengar bukan dengan telinga,
tapi dengan luka.
Kubisikkan pada bayang
"Waktu teriak, tapi tak ada yang dengar."
Kujawab dengan diam yang pecah,
"Aku ada, tapi mungkin hanya gema."
Karawang, 7 April 2025
___
Bionarasi:
Dian Agfanti. Kelahiran Malang, 7 Januari 1972. Adalah seorang guru Bahasa Indonesia di MTsN 5 Karawang. Ia merupakan alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - IKIP Bandung (sekarang UPI). Keinginannya menorehkan kenangan dalam 1 buku solo antologi puisi. Aktif di kelas Asqa Imagination School (AIS). FB: Dian Agfanti. IG: @dian_agfanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar