Sepercik Cahaya
Oleh: Rohmatul Jamilah
Hidup terkadang harus tertatih,
seperti menapaki jalan berbatu di bawah gerimis.
Langkahku pelan, namun tetap kupaksa maju
meski pundak penuh, dan hati meragu.
Aku belajar menyapa pagi tanpa janji,
menyeduh harapan di cangkir kecil kesabaran.
Ada lelah yang menua di mata,
Dan cahaya semakin mengecil meski tak mau padam.
Mungkin dunia tak selalu ramah,
namun setiap luka memberi arah.
Setiap air mata menanam benih tabah.
Dan bila malam terasa terlalu panjang,
aku tahu, itu hanya cara semesta
memberi waktu pada matahari
untuk menyiapkan cahaya, sepercik demi sepercik.
Mlg, 08112025
sumber Ilustrasi:
___
Bionarasi:
Rohmatul Jamilah (eRja-Mielah), lahir dan tinggal di Malang Jawa Timur. Menerbitkan buku kumpulan puisi solo berjudul Nyanyian Kalbu (2018). Menulis di beberapa antologi puisi, buku kumpulan cernak, dan buku kumpulan Pantun Nusantara. Karya pantun lolos dalam seleksi Program Kompilasi Harta Intelek Warisan Pantun Tiga Serumpun (Malaysia, Australia, dan Indonesia) tahun 2021. Salah satu karya pantun tema tradisi nusantara, meraih juara 2 Festival Pantun Nasional yang diadakan oleh SIP Publishing dan diangkat menjadi judul buku kumpulan pantun berjudul "Tedhak Sitten" (2024). Mulai menulis puisi sejak tahun 2017. Sudah beberapa kali mengikuti kelas AIS. Karena kesibukan mengajar, kegiatan menulis puisi sempat vacum. Saat ini tergabung di AIS#63 dan mulai aktif menulis lagi. Surel: rohmatulj68@gmail.com; IG: Jhamil_68, Fb: Rohmatul Jamilah.

.jpg)
MasyaAlloh... Barokalloh...
BalasHapus